Cerahnya pagi
ini, puasa sudah melewati 10 malam pertama. Selama Ramadhan ini, si Ayam rajin
sekali berkokok, biasanya jam 6 sudah mulai berhenti berkokok. Ini sudah jam
7.30 kokokan ayam masih saja sahut menyahut. Kata orang dulu, itu tandanya si
ayam mengajak ayam yang lain berkelahi. Benarkah? Allahu ‘Alam. Yang aku tahu,
kalau ada ayam berkokok itu tandanya ia melihat malaikat. Karena itu juga aku
sangat suka jika si ayam berkokok. Ramadhan itu selalu menyenangkan. Damai. Tak
ada setan. Di bulan ini jadi bisa mengukur kualitas diri dan berazam
memperbaikinya. Jika tanpa setan saja kita masih berbuat dosa, bagaimana jika
setan itu ada. Mungkin jadi dosa banget.
Aku yang duduk
terdiam menghadap laptop mulai juga sibuk dengan tuts tuts hp. Mulai mencari
bahan untuk merevisi proker. Tugas sekolah. Untungnya dulu sudah terbiasa saat
di MAN maupun dikampus. Aku menikmati pekerjaanku. Sebagai guru bertemu dengan
anak-anak yang tak berdosa. Beberapa tugas kantor yang juga pernah aku lakoni
sebelumnya. Sekarang tinggal menikmati, tidak begitu dibuat sepaneng. Walaupun
kadang-kadang sepaneng juga. Saat asik mengetik program kerja tiba-tiba suara
instrumen yang ku jadikan ringtone hp berbunyi. Sms masuk. Sms yang membuatku
gusar.
Nan, bisa bertemu?
Sms dari teman
lama. Tapi tak tahu kenapa itu membuat hatiku tak nyaman dan aku tak ingin
bertemu dengannya. Padahal aku tak terbiasa menolak permintaan teman untuk
bertemu bahkan hanya untuk sekedar mendengarkan curhatannya, bahkan sesibuk apapun
pekerjaanku. Jariku mulai kelu bingung mau membalas apa. Otakku mulai bekerja,
mau dibalas apa. Ahha... aku kan lagi banyak tugas sekolah, jadikan alasan
sajalah. Sedetik kemudian, otak memerintahkan kepada jari untuk memencet tuts
tuts HP.
Maaf ya... aku lagi banyak tugas sekolah
Hm... lega
rasanya. Tapi kelegaan itu tak berlangsung lama. Hpku kembali berbunyi,
sepertinya SMS balasan. Dan benar saja.
Ada yang mau
aku bicarakan.
Penting.
Duh... sekarang kalau dia bilang penting apa yang
harus aku balas? Tik tik tik. Bunyi denting jam terdengar lebih keras
sepertinya. Dalam beberapa detik kemudian. Jariku menari diatas keypad HP.
Oh...
mendesak ya?
Kalau
mendesak bisa dikirim
Via fb saja.
Tapi aku juga belum tau
Bisa membaca
kapan. Maaf
Sekarang jadi deg-degan apa balasannya. Tak seperti
sms ke dua, sekarang smsnya lebih lama. Entah benar lama atau terasa lama. Saat
HP berbunyi, langsung aku buka HP.
Oh begitu ya.
Baik aku
kirim via fb apa yang ingin aku sampaikan
Dan maaf jika
nanti membuatmu marah
Sekarang saya justru menjadi bertanya-tanya.
Sebenarnya apa yang ingin dia sampaikan. Dia adalah Daffa teman seMAN dulu. Dia
sangat aktif di kerohanian islam. Ia yang mengenalkanku jalan yang aku tempuh
selama ini. Kami satu angkatan. Saat kelas 2, Daffa dipercaya menjadi ketua
rohis. Dan aku menjadi ketua Jurnalistik. Di MAN 1 Surakarta dulu, semua
kegiatan siswa selain pramuka masuk menjadi bagian OSIS. Saya mengagumi dia
karena kesholehannya. Saya kenal dia sebagai orang yang rajin ibadah, pendiam,
tegas tetapi juga lembut. Dia yang mengajakku untuk ikut kajian rohis saat MAN.
Dari ajakanyalah aku bertemu dengan seorang wanita luar biasa yang ku rasa
membuka jalanku menuju kebaikan. Wanita yang mengisi kajian rutin tiap pekan.
Agar kajiannya efektif kajian di bagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Setiap
pertemuan menjadi sangat bermakna.
Pertemanan ku dengan Daffa berlangsung hingga kini.
Setelah lulus dari MAN, aku memutuskan untuk melanjutkan ke IAIN Surakarta dan
dia diterima di UNS. Komunikasi semakin intens saat dia ditunjuk untuk
mengetuai organisasi alumni osis dan saya ditunjuk sebagai wakilnya.
Dikampusnya ia aktif dalam dunia penelitian dan aku aktif dengan organisasi
keislaman. 1 tahun lalu amanah sebagai ketua alumni osis kami lepas dan di
berikan kepada yang lain. Komunikasi kami menjadi renggang. Sesekali sms
setelah saya lulus kuliah hanya sekedar bertanya ada info lowongan atau
keperluan penting lain. Setelah lama tidak berkomunikasi, tiba-tiba ia sms mau
bertemu ada hal penting yang ingin dibicarakan. Penasaran tetapi hatiku
membatasi untuk tidak bertemu. Aku sengaja tak segera membuka fb, agar terkesan
benar-benar sibuk. Padahal sebenarnya aku tak mau ada pembahasan panjang
dengannya mengenai pembahasan yang menurutnya penting. Sekali lagi hatiku yang
berbicara. Setelah 6 jam lewat sms darinya, barulah aku membuka fb. Sebuah
pesan panjang darinya.
Assalamu’alaikum.
Semoga Rahamat Allah selalu membersamaimu. Aku kini telah menyelesaikan study
S1 dan Alhamdulillah mendapatkan beasiswa S2 ke Jepang. Orang tuaku sangat
senang aku mendapatkan beasiswa ini. Tapi mungkin kita akan lama tidak lagi
berkomunikasi jika aku sibuk dengan pelajaran-pelajaranku dan
peneitian-penelitianku. Sebelum aku berangkat, aku tak mau menyesal. Aku ingin
menyampaikan pesan hatiku untuk mu Ananda. Nan, aku melihatmu berproses. Dari
awal kamu mengenal islam hingga sekarang kamu menjadi wanita yang sangat
mengagumkan. Aku tak tahu kapan perasaan ini dimulai, tetapi aku merasakan
getaran aneh saat mengingatmu. Awalnya aku ingin menampik semua yang aku
rasakan. Sampai suatu ketika aku menyerah. Dan aku mengakui bahwa ini adalah
cinta. Di satu sisi, aku tak ingin mengecewakan orang tuaku. Tetapi disisi lain
aku ingin segera mengkhitbahmu. Jika kamu mengijinkan, aku ingin datang ke rumahmu.
Tetapi, tunggu aku 2 tahun lagi. Aku berjanji akan segera menyelesaikan gelas
Masterku. Maaf jika surat ini mengganggumu. Dan aku berharap ada jawaban
darimu. Terimakasih
Wassalamu’alaikum.
Mataku
terpejam, merasakan karuan hati ini. Senang, Dia yang aku kagumi ternyata
memendam perasaan kapadaku. Sedih, karena berarti akupun telah memberikan noda
hitam pada cintanya kepadaMu Allah. Bahkan takut, aku takut dengan
permintaannya. 2 tahun bukan waktu yang sebentar. Akan banyak kejadian. Aku
takut jika ia bukan jodohku, Allah akan marah. Mata terpejam. Bingung dan tak
tau harus bercerita kepada siapa. Istikharoh, itu adalah jalan terbaik. Meminta
pertimbangan pemilik hidup ini. Semoga jawabanku nanti tepat dan tidak
menyakiti siapapun.
Aku ambil air
wudlu. Menggelar sajadah, menggunakan mukena dan memulai tabiratu ihrom. Dalam
sujud-sujudku tak terasa air mata mengalir. Memohon yang jawaban dariNYA. Salam
mengakhiri ritual suci antara seorang hamba dengan Rabbnya. Dzikir dan
menengadahkan kedua tangan. Alunan kata-kata cinta seorang hamba berbunyi
lembut didalam hati yang tawakal. Memohon kemantapan dan tuntunan.
Aku mulai
membuka Al Qur’an membaca ayat demi ayat. Mentadaburi artinya. Dan Allah memberi
kemantapan. Yah... aku yakin iya. Aku ingin menjawab iya. Tetapi permintaan
waktu yang ia ajukan terasa memberatkan hati. Hati yang tenang, membuka
pikiran. Otak mulai bekerja atas kehendak Sang Pencipta. Hingga akhirnya
menemukan sebuah kesimpulan. Aku nyalakan netbook putihku, memasang modem dan
koneksikan ke internet. Membuka google chroom dan tulis alamat facebook.
Bismillahirahmani rahim.
Teruntuk saudaraku Daffa yang semoga
senantiasa di Rahmati Allah
Wa’alaikum salam. Aku ingin mengucapkan maaf
karena mungkin aku pernah menodai cintamu kepada Allah. Aku sama sekali tak
tahu apa yang kamu rasakan. Jadilah orang yang senantiasa berada dijalan Allah.
Patuhilah keinginan orang tuamu. Berangkatlah kenegeri Sakura. InsyaAllah, itu
adalah jalan terbaik sekarang karena itu adalah kebanggaan orang tuamu.
Mengenai permintaanmu, aku tidak bisa mengiyakannya sekarang. Dua tahun buat
saya bukan waktu yang pendek dalam penantian. Akan ada banyak hal yang terjadi.
Jika kita tidak berjodoh, dengan kesepakatan itu kita hanya akan menjadi orang
yang tidak beriman. Bukankah kita percaya bahwa jodoh itu adalah takdir di
tangan Allah. Maaf. Namun jika memang Allah mentakdirkan kita berjodoh, suatu
saat nanti pasti akan kita dipertemukan kembali disaat yang tepat. Tapi itu
bukan sekarang. Sekali lagi aku minta maaf.
Allah, aku
hanya ingin mencintaimu. Cinta yang lain adalah akibat dari cintaku kepada Mu.
Sekarang , mana berani aku melanggar ketetapanMu. Kalaupun tertoreh cinta
pembanding untukMu, maka aku akan secepat mungkin menghapusnya dari hatiku.
Jika cinta itu tak bersandar kepadaMu, mana bisa aku melanjutkannya. Aku
mungkin tak seberani Siti Khadijah untuk Nabi Muhammad yang meminta untuk
dinikahi dan tak seberuntung Siti Aisyah yang Kau turunkan Malaikat Jibril
untuk mengabarkan agar Nabi Muhammad menikahinya. Tapi aku masih mempunyai
sedikit iman untuk menahan diri.
Gemolong, 13 Juli 2014 (15/16
Ramadhan 1435 H)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar