Minggu, 28 Desember 2014

Kembali ke Dunia Sunyi



Kembali ke dunia sunyi adalah pilihan. Sunyi merupakan kondisi dimana tak ada siapapun. Hanya ada aku dan diriku juga Tuhanku. Saat yang nyaman untuk berpikir sejenak tentang hidup, dosa dan kesalahan. Kemudian memberi resolusi baru dalam hidup. Ia membawaku kembali pada nuraniku. Bahasa dalam dunia ini adalah Bahasa Diam. Diam dari keramaian, kebencian, nafsu dan dunia. Sunyi membuatku terjaga dari dosa dan kesalahan. Namun, ia juga membuatku tak melakukan kebaikan.

Sunyi, sebuah dunia yang ku pilih dalam pelarian. Seperti halnya asam lambung yang hanya mampu mencerna maksimal 102 virus. Bergitu juga hati. Kurasa hati hanya mampu mencerna sekian rasa sakit untuk tetap biasa. Dan selebihnya, ia akan terluka.


Sunyi, bisa dikatakan ia adalah pelarian. Berlari dari masalah. Namun dalam sunyi, Allah akan menyembuhkan rasa sakit, membisikan kebaikan dan menguatkan yang rapuh. Benar, sunyi adalah tempat orang-orang rapuh beristirahat. Istirahat dari tipu daya dunia.

Bukankah setiap orang membutuhkan sunyi? Memberi waktu pada dirinya untuk bertemu Tuhannya, untuk mengerti dirinya dan untuk menyembuhkan lukanya. Dunia ini terlalu menyakitkan jika dihadapi tanpa sunyi. Karena setiap kita pasti akan terluka. Dan setiap orang berbeda dalam membutuhkan sunyi dalam hidupnya.
Tidakkah kau berpikir, setiap manusia pasti memiliki masalah. Masalah yang berbeda bobotnya dan diberikan kepada orang-orang terpilih. Semakin berat masalah semakin ia menjadi orang pilihan. Tak terkecuali orang yang terlihat ceria dan tidak memiliki masalah. Termasuk juga orang yang terlihat kuat. Karena sikap adalah pilihan. Resolusi dan hasil dari dunia sunyi. Marah atau tersenyum, ia hanya pilihan. Pilihan yang dibentuk dari dunia sunyi. Sekeras dunia menerpa, orang-orang yang kuatlah yang akan bertahan. Kita tak tau seberapa berat beban orang lain, yang kita tau hanyalah seberapa berat beban kita. Maka menjadi masalah bagi hidup orang lain ataukah menjadi luka bagi kehidupan orang lain itupun pilihan.
Taukah kalian, aku banyak menyaksikan orang-orang yang tampak ceria tak punya beban hidup ataukah orang-orang yang terlihat kuat dan tak memiliki masalah berarti kebanyak mereka adalah orang-orang yang memiliki beban hidup yang sangat sulit. Kamarin saya bertemu dengan salah seorang teman yang terlihat sangat ceria bahkan terkesan heboh. Seolah diraut wajahnya tak ada masalah. Tahukah kawan? Sejak ia lulus SMA ia berturut-turut kehilangan kedua orang tuanya dalam tahun yang sama. Ia masih memiliki adik, walaupun juga memiliki kakak. Bayangkanlah kesulitan yang ia alami selama hidup. Jika kita yang mengalaminya, akankah kita bertahan? Ataukah kita akan putus asa?

Disisi lain, saya melihat seorang wanita yang memilih hidup menjanda selama lebih dari 20 tahun. Ia terlihat sangat kuat. Bukankah kehidupan seorang janda di Indonesia sangat riskan dengan fitnah? Tak hanya itu, sebagian janda memilih menjual harta peninggalan suami saat ia terdesak oleh keadaan menyekolahkan anak, menikahkan anak dan lain sebagainya. Namun wanita ini, mampu berdiri diatas dua kakinya tanpa menjual peninggalan apapun ditengah fitnah yang menyebar. Dan saya tau tak banyak orang mau membantu. Siapakah dia? Dia adalah ibu saya. Saya sangat tahu, beliau memiliki dunia sunyinya bersama Allah yang begitu kuat. Ia tak pernah menampakan kerapuhannya sedikitpun. Bahkan ketika anak-anaknya tak ada untuknya. Ia tampak begitu kuat.

Mereka adalah orang-orang kuat yang mampu memaksimalkan dunia sunyi untuk memperlihatkan kelemahannya hanya kepada Allah. Bukan kepada manusia. Bagiku, sunyi adalah pilihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar