Kamis, 04 Desember 2014

Istikharoh Ananda part 1

Cerahnya pagi ini, puasa sudah melewati 10 malam pertama. Selama Ramadhan ini, si Ayam rajin sekali berkokok, biasanya jam 6 sudah mulai berhenti berkokok. Ini sudah jam 7.30 kokokan ayam masih saja sahut menyahut. Kata orang dulu, itu tandanya si ayam mengajak ayam yang lain berkelahi. Benarkah? Allahu ‘Alam. Yang aku tahu, kalau ada ayam berkokok itu tandanya ia melihat malaikat. Karena itu juga aku sangat suka jika si ayam berkokok. Ramadhan itu selalu menyenangkan. Damai. Tak ada setan. Di bulan ini jadi bisa mengukur kualitas diri dan berazam memperbaikinya. Jika tanpa setan saja kita masih berbuat dosa, bagaimana jika setan itu ada. Mungkin jadi dosa banget.
Aku yang duduk terdiam menghadap laptop mulai juga sibuk dengan tuts tuts hp. Mulai mencari bahan untuk merevisi proker. Tugas sekolah. Untungnya dulu sudah terbiasa saat di MAN maupun dikampus. Aku menikmati pekerjaanku. Sebagai guru bertemu dengan anak-anak yang tak berdosa. Beberapa tugas kantor yang juga pernah aku lakoni sebelumnya. Sekarang tinggal menikmati, tidak begitu dibuat sepaneng. Walaupun kadang-kadang sepaneng juga. Saat asik mengetik program kerja tiba-tiba suara instrumen yang ku jadikan ringtone hp berbunyi. Sms masuk. Sms yang membuatku gusar.
Nan, bisa bertemu?

Sms dari teman lama. Tapi tak tahu kenapa itu membuat hatiku tak nyaman dan aku tak ingin bertemu dengannya. Padahal aku tak terbiasa menolak permintaan teman untuk bertemu bahkan hanya untuk sekedar mendengarkan curhatannya, bahkan sesibuk apapun pekerjaanku. Jariku mulai kelu bingung mau membalas apa. Otakku mulai bekerja, mau dibalas apa. Ahha... aku kan lagi banyak tugas sekolah, jadikan alasan sajalah. Sedetik kemudian, otak memerintahkan kepada jari untuk memencet tuts tuts HP.
Maaf ya... aku lagi banyak tugas sekolah
Hm... lega rasanya. Tapi kelegaan itu tak berlangsung lama. Hpku kembali berbunyi, sepertinya SMS balasan. Dan benar saja.
Ada yang mau aku bicarakan.
Penting.
Duh... sekarang kalau dia bilang penting apa yang harus aku balas? Tik tik tik. Bunyi denting jam terdengar lebih keras sepertinya. Dalam beberapa detik kemudian. Jariku menari diatas keypad HP.
Oh... mendesak ya?
Kalau mendesak bisa dikirim
Via fb saja. Tapi aku juga belum tau
Bisa membaca kapan. Maaf
Sekarang jadi deg-degan apa balasannya. Tak seperti sms ke dua, sekarang smsnya lebih lama. Entah benar lama atau terasa lama. Saat HP berbunyi, langsung aku buka HP.
Oh begitu ya.
Baik aku kirim via fb apa yang ingin aku sampaikan
Dan maaf jika nanti membuatmu marah
Sekarang saya justru menjadi bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang ingin dia sampaikan. Dia adalah Daffa teman seMAN dulu. Dia sangat aktif di kerohanian islam. Ia yang mengenalkanku jalan yang aku tempuh selama ini. Kami satu angkatan. Saat kelas 2, Daffa dipercaya menjadi ketua rohis. Dan aku menjadi ketua Jurnalistik. Di MAN 1 Surakarta dulu, semua kegiatan siswa selain pramuka masuk menjadi bagian OSIS. Saya mengagumi dia karena kesholehannya. Saya kenal dia sebagai orang yang rajin ibadah, pendiam, tegas tetapi juga lembut. Dia yang mengajakku untuk ikut kajian rohis saat MAN. Dari ajakanyalah aku bertemu dengan seorang wanita luar biasa yang ku rasa membuka jalanku menuju kebaikan. Wanita yang mengisi kajian rutin tiap pekan. Agar kajiannya efektif kajian di bagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Setiap pertemuan menjadi sangat bermakna.
Pertemanan ku dengan Daffa berlangsung hingga kini. Setelah lulus dari MAN, aku memutuskan untuk melanjutkan ke IAIN Surakarta dan dia diterima di UNS. Komunikasi semakin intens saat dia ditunjuk untuk mengetuai organisasi alumni osis dan saya ditunjuk sebagai wakilnya. Dikampusnya ia aktif dalam dunia penelitian dan aku aktif dengan organisasi keislaman. 1 tahun lalu amanah sebagai ketua alumni osis kami lepas dan di berikan kepada yang lain. Komunikasi kami menjadi renggang. Sesekali sms setelah saya lulus kuliah hanya sekedar bertanya ada info lowongan atau keperluan penting lain. Setelah lama tidak berkomunikasi, tiba-tiba ia sms mau bertemu ada hal penting yang ingin dibicarakan. Penasaran tetapi hatiku membatasi untuk tidak bertemu. Aku sengaja tak segera membuka fb, agar terkesan benar-benar sibuk. Padahal sebenarnya aku tak mau ada pembahasan panjang dengannya mengenai pembahasan yang menurutnya penting. Sekali lagi hatiku yang berbicara. Setelah 6 jam lewat sms darinya, barulah aku membuka fb. Sebuah pesan panjang darinya.
Assalamu’alaikum. Semoga Rahamat Allah selalu membersamaimu. Aku kini telah menyelesaikan study S1 dan Alhamdulillah mendapatkan beasiswa S2 ke Jepang. Orang tuaku sangat senang aku mendapatkan beasiswa ini. Tapi mungkin kita akan lama tidak lagi berkomunikasi jika aku sibuk dengan pelajaran-pelajaranku dan peneitian-penelitianku. Sebelum aku berangkat, aku tak mau menyesal. Aku ingin menyampaikan pesan hatiku untuk mu Ananda. Nan, aku melihatmu berproses. Dari awal kamu mengenal islam hingga sekarang kamu menjadi wanita yang sangat mengagumkan. Aku tak tahu kapan perasaan ini dimulai, tetapi aku merasakan getaran aneh saat mengingatmu. Awalnya aku ingin menampik semua yang aku rasakan. Sampai suatu ketika aku menyerah. Dan aku mengakui bahwa ini adalah cinta. Di satu sisi, aku tak ingin mengecewakan orang tuaku. Tetapi disisi lain aku ingin segera mengkhitbahmu. Jika kamu mengijinkan, aku ingin datang ke rumahmu. Tetapi, tunggu aku 2 tahun lagi. Aku berjanji akan segera menyelesaikan gelas Masterku. Maaf jika surat ini mengganggumu. Dan aku berharap ada jawaban darimu. Terimakasih
Wassalamu’alaikum.
Mataku terpejam, merasakan karuan hati ini. Senang, Dia yang aku kagumi ternyata memendam perasaan kapadaku. Sedih, karena berarti akupun telah memberikan noda hitam pada cintanya kepadaMu Allah. Bahkan takut, aku takut dengan permintaannya. 2 tahun bukan waktu yang sebentar. Akan banyak kejadian. Aku takut jika ia bukan jodohku, Allah akan marah. Mata terpejam. Bingung dan tak tau harus bercerita kepada siapa. Istikharoh, itu adalah jalan terbaik. Meminta pertimbangan pemilik hidup ini. Semoga jawabanku nanti tepat dan tidak menyakiti siapapun.
Aku ambil air wudlu. Menggelar sajadah, menggunakan mukena dan memulai tabiratu ihrom. Dalam sujud-sujudku tak terasa air mata mengalir. Memohon yang jawaban dariNYA. Salam mengakhiri ritual suci antara seorang hamba dengan Rabbnya. Dzikir dan menengadahkan kedua tangan. Alunan kata-kata cinta seorang hamba berbunyi lembut didalam hati yang tawakal. Memohon kemantapan dan tuntunan.
Aku mulai membuka Al Qur’an membaca ayat demi ayat. Mentadaburi artinya. Dan Allah memberi kemantapan. Yah... aku yakin iya. Aku ingin menjawab iya. Tetapi permintaan waktu yang ia ajukan terasa memberatkan hati. Hati yang tenang, membuka pikiran. Otak mulai bekerja atas kehendak Sang Pencipta. Hingga akhirnya menemukan sebuah kesimpulan. Aku nyalakan netbook putihku, memasang modem dan koneksikan ke internet. Membuka google chroom dan tulis alamat facebook.
Bismillahirahmani rahim.
Teruntuk saudaraku Daffa yang semoga senantiasa di Rahmati Allah
Wa’alaikum salam. Aku ingin mengucapkan maaf karena mungkin aku pernah menodai cintamu kepada Allah. Aku sama sekali tak tahu apa yang kamu rasakan. Jadilah orang yang senantiasa berada dijalan Allah. Patuhilah keinginan orang tuamu. Berangkatlah kenegeri Sakura. InsyaAllah, itu adalah jalan terbaik sekarang karena itu adalah kebanggaan orang tuamu. Mengenai permintaanmu, aku tidak bisa mengiyakannya sekarang. Dua tahun buat saya bukan waktu yang pendek dalam penantian. Akan ada banyak hal yang terjadi. Jika kita tidak berjodoh, dengan kesepakatan itu kita hanya akan menjadi orang yang tidak beriman. Bukankah kita percaya bahwa jodoh itu adalah takdir di tangan Allah. Maaf. Namun jika memang Allah mentakdirkan kita berjodoh, suatu saat nanti pasti akan kita dipertemukan kembali disaat yang tepat. Tapi itu bukan sekarang. Sekali lagi aku minta maaf.
Allah, aku hanya ingin mencintaimu. Cinta yang lain adalah akibat dari cintaku kepada Mu. Sekarang , mana berani aku melanggar ketetapanMu. Kalaupun tertoreh cinta pembanding untukMu, maka aku akan secepat mungkin menghapusnya dari hatiku. Jika cinta itu tak bersandar kepadaMu, mana bisa aku melanjutkannya. Aku mungkin tak seberani Siti Khadijah untuk Nabi Muhammad yang meminta untuk dinikahi dan tak seberuntung Siti Aisyah yang Kau turunkan Malaikat Jibril untuk mengabarkan agar Nabi Muhammad menikahinya. Tapi aku masih mempunyai sedikit iman untuk menahan diri.


Gemolong, 13 Juli 2014 (15/16 Ramadhan 1435 H)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar