Senin, 02 Februari 2015

Surat Untuk Ibu



Ibu... cintaku padamu tak kan lekang oleh waktu.
Wajah cantik yang berpuluh tahun lalu mempertaruhkan nyawanya hanya untuk melihat kehidupan baru, kelahiranku. Wajah yang kini mulai menua dan garis-garis keriput tergambar jelas. Mampukah aku membahagiakanmu ibu?
Sungguh cintamu sepanjang jalan dan cintaku sepanjang galah. Berjuta kali aku mencoba membahagiakanmu, tak pernah cukup membayar semua yang kau berikan padaku, bahkan jika aku memberikan seluruh hidup.

Ku tatap wajahmu yang penuh kerutan kini, melepas lelah oleh pekerjaan harian yang mungkin akupun tak sanggup menjalaninya. Kehidupan sulit yang berjalan bertahun-tahun, hanya sepenggal yang bisa aku mengerti. Hanya secuil aku terlibat. Dan kini aku mengerti, ibu... bertapa kuatnya dirimu. Ibu... maafkanku atas segala keluhku selama ini. Aku tahu, bahwa aku harapan masa tuamu. Hanya untuk sekedar mendoakan, merawat yang tak seberapa aku bisa, atau bahkan memintakan kepada Tuhan Surga terindah yang kelak kita tempati bersama.
Baktiku padamu tak kan sempurna. Bahkan tak kan pernah sempurna. Namun, aku selalu berusaha menyempurnakan baktiku. Ibu, kaulah alasan aku bertahan. Bertahan dari hidup yang menyakitkan. Disaat orang lain mencemoohku, mengucilkanku dan menyakitiku. Aku tau bahwa aku punya ibu yang kuat. Deritaku tak ada apa-apanya dibandingkan dengan ketegaranmu. Pantaskah bagiku mengeluh dihadapanmu. Maafkanku atas segala khilaf.
Ibu... peranmu melebihi malaikat. Kau tau, saat aku sakit dan tidak ada orang yang mempedulikanku. Kau terus menjagaku siang malam tanpa henti. Bahkan ketika malaikat pencatat amal bergantian shift dipagi dan sore, kau menjagaku tanpa mengenal waktu. Mendoakanku terus menerus, menyayangiku tanpa henti, mengenalkanku pada Sang Pencipta. Ibu... aku selalu takut jika harus hidup tanpamu. Allah... panjangkan usia ibuku, berkahi usianya, bahagiakan ia selalu.
Ibu... aku mencintaimu penuh batas, namun kau mencintaiku tanpa batas. Pantaskah aku durhaka? Bahkan ketika kelak penjagaanmu padaku kau serahkan kepada seseorang yang kelak akan menjadi imamku, aku tak pantas membagi cintaku padamu untuknya. Dan aku memilih memberi ruang lain dihatiku, bukan dengan mengorbankan cintaku padamu.
Ibu... ada kalanya kau marah padaku. Tetapi sungguh aku tak pantas membalas marahmu. Aku tahu, marahmu karena begitu banyak beban hidup yang kau tanggung sendiri. Aku yang salah karena tak mengerti akan maksudmu. Namun apa dayaku, terkadang akupun marah padamu walau pada akhirnya aku menyesali kemarahanku. Ampuni aku atas segala khilaf.
Ibu... baktiku padamu hanya terbatas. Namun pengorbananmu untukku tiada terkira. Hanya doa yang mampu aku panjatkan. Allah... Terimakasih karena Kau telah mengirim wanita cantik nan baik untukku. Mengenalkanku pada-Mu, menjagaku melebihi penjagaan malaikat. Aku mohon pada-Mu Ya... Rabb... berikan surga-Mu untuk wanita cantik yang telah melahirkanku, mengorbankan seluruh hidupnya untuk anak-anaknya. Bahkan untuk mata yang selalu terjaga saat aku sedang sakit. Berikan kepadanya kebahagiaan didunia dan di akhirat. Kabulkanlah segala keinginannya. Jadikan ia salah satu hamba-Mu yang bertakwa. Pertemukan ia dengan belahan hatinya di Surga-Mu yang indah dan layani mereka dengan bidadari-bidadari surga-Mu. Kekalkan cinta mereka, karena cinta merekalah yang mendekatkanku pada-Mu. Berikan segala kebaikan untuk mereka.
Bahkan berjuta kata, tak mampu menggambarkan pengorbananmu. Ibu... kaulah hal terindah dalam hidupku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar