Kamis, 09 Oktober 2014

Hafalan Al Qur'an dan Ananda

Siapa yang tidak ingin memiliki anak sholeh-sholehah??? Tentu semua orang tua ingin memiliki anak sholeh-sholehah. Karena mereka bisa menjadi amal jariyah kita. Mereka juga akan menjadi alasan Allah SWT memasukan kita ke surga-Nya. Lalu, apa yang harus kita lakukan agar anak-anak kita menjadi anak yang sholeh-sholehah. Salah satunya, jadikan mereka para penghafal qur’an.



Sahabat Ananda, saya adalah seorang guru di salah satu sekolah swasta Islam Terpadu. Saya sebagai seorang guru qur’an, pernah mengajar satu kelompok qur’an dengan kemampuan berada ditingkat terbawah. Saat pertemuan awal, dua anak berkelahi, dua anak saling berebut berbicara, seorang anak diam tiduran dipojok masjid, anak-anak yang kurang percaya diri. Bukan hal mudah bagi seorang guru dalam menghadapi hal tersebut. Dan kelompok ini adalah kelompok yang disisihkan oleh beberapa guru. Sejauh pengalaman saya, semua anak itu sama. Mereka adalah makhluk yang cerdas dan pembelajar. Ketika seorang anak tertinggal jauh dari teman-temannya, biasanya itu karena pola asuh yang salah, ketidakharmonisan keluarga, atau bahkan juga kurang kasih sayang. Kita lihat mereka anak-anak yang tidak sempurna secara fisik mampu berkembang dan melejit melebihi orang-orang normal. Apakah itu adalah keberuntungan? Bunda, tidak ada keberuntungaan yang tidak diusahakan. Seperti halnya murid-murid yang saya ceritakan tadi, pada akhirnya mereka kini menjadi rebutan para guru karena mereka anak yang nurut dan cepat hafalannya. Apakah proses itu instan? Tentu tidak. Sekedar share beberapa cara saya mendekati anak:

Pertama, masuki dunia anak. Ingat bunda, anak-anak belum pernah dewasa, sedangkan kita sebagai orang dewasa pernah menjadi anak-anak. Jangan pernah paksa mereka dengan kasar untuk memasuki dunia kita. Justru seharusnya kitalah yang mendampingi dan mengarahkan mereka. Masuki dunia anak, cari informasi apa yang disukai anak, apa yang dibenci anak. Perlu bunda ketahui bahwa anak juga manusia mereka memiliki hati. Hati mereka sangat halus dan rawan retak. Maka sebagai orang dewasa kita harus bijak. Banyak belajar tentang teori-teori menghadapi anak.

Kedua, terima mereka dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka. Ketika anak melakukan kesalahan itu wajar. Terkadang, kesalahan yang mereka lakukan itu karena mereka tidak tau atau try and error. Berikan mereka pengarahan dan nasehat. Selama 3 pekan saya menghadapi anak-anak spesial itu, hanya saya habiskan untuk memberi mereka nasehat. Ternyata benar, karena pola pergaulan di luar sekolah yang kurang kondusif, mereka mengikuti pergaulan tanpa mencari tau itu benar atau salah. Setelah mereka tau, mereka tak lagi melakukan kesalahan-kesalahan yang sama. Disaat kekurangan dalam hal sikap negatif dapat diminimlisir, lejitkan potensi mereka.

Maka yang ketiga adalah kenali potensi dan gaya belajar mereka. Sebagai seorang guru ataupun bunda, kita tidak bisa memaksa anak harus menjalani metode yang kita lakukan. Walaupun memang tak sepenuhnya kita harus menurut dengan kemauan anak. Disaat pertemuan awal, saya mentalqin anak-anak. Setelah mereka setengah hafal maka saya minta mereka untuk menghafalkan untuk tiket istirahat (reward). Saat itulah mereka menentukan sendiri gaya belajar. Rizki-salah seorang anak istimewa- dengan gaya belajar audio selalu merasa terganggu dengan suara teman-temannya. Ia lalu mencari tempat yang jauh untuk menghfalkan. Caranya cukup unik, yaitu ia membaca keras-keras, mendengarkan suaranya semdiri sampai hafal. Sedangkan si Dimas anak unik ini gaya belajarnya adalah visual, setelah ditalqin ia menuliskan ayatnya dan membaca berulang-ulang. Apapun itu, kitalah yang harus mengerti mereka.

Keempat, pahamkan manfaat menghafal al qur’an. Bunda, karena anak adalah makhluk pembelajar, pasti mereka akan menerima informasi yang kita berikan dengan cara yang bisa diterima anak. Masuki alam bawah sadar mereka tentang pentingnya menghafal al qur’an. Saat kita mengobrol santai dengan ananda adalah waktu-waktu yang baik untuk memasuki alam bawah sadar dan juga menyadarkan ananda pentingnya menjadi penghafal al qur’an. Kelima, tentukan jadwal pasti untuk menghafal dan muroja’ah (mengulang hafalan). Saya garis bawahi bahwa jadwal dibuat bukan untuk mengekang anak. Masa mereka adalah masa bermain, jadi buat anak nyaman saat menghafal al qur’an. Waktu yang baik untuk menambah hafalan adalah usai sholat subuh. Cukup 1-5 ayat saja perhari, bisa lebih banyak tergantung kemampuan anak. Sedangkan waktu yang baik untuk muroja’ah adalah usai sholat maghrib.

Selamat mencoba bunda, semoga anak-anak kita menjadi para peghafal al qur’an dan menjadi tabungan amal jariyah. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar